GENCARNEWS.COM KERINCI — Memasuki 100 hari masa kepemimpinan Bupati Kerinci, Monadi, dan Wakil Bupati, Murison, sejumlah langkah strategis telah diambil untuk membenahi berbagai sektor pelayanan publik. Namun di balik pencapaian tersebut, sorotan tajam muncul dari publik terkait persoalan krisis sampah yang kian mengkhawatirkan dan belum tertangani secara serius.
Sejak dilantik pada 20 Februari 2025, Monadi langsung tancap gas. Instruksi perbaikan infrastruktur jalan dan inspeksi mendadak ke Dinas Pendidikan menjadi langkah awal yang cukup mendapat respons positif. Program unggulan BUNGA DESA yang digagas pun dinilai sebagai upaya memperkuat pelayanan hingga ke tingkat nagari. Namun demikian, permasalahan fundamental seperti pengelolaan sampah tampaknya masih belum menjadi prioritas utama.
Di sejumlah titik, tumpukan sampah terus terlihat, baik di kawasan permukiman warga maupun pusat keramaian. Minimnya fasilitas pengelolaan limbah dan lemahnya sistem pengangkutan menjadikan persoalan ini bak bom waktu yang mengancam kesehatan dan kenyamanan masyarakat.
“Apakah pemerintah akan terus membiarkan masalah ini berlarut-larut? Masyarakat sudah cukup sabar, tapi kesabaran itu ada batasnya,” ungkap Randi Vitora, Direktur Eksekutif Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LPMI) HMI Cabang Kerinci.
Randi menilai, meski langkah awal Monadi-Murison patut diapresiasi, namun krisis sampah mencerminkan kegagalan dalam menyusun skala prioritas pembangunan. “Kami tidak menolak program BUNGA DESA, tapi kalau rakyat masih hidup di tengah tumpukan sampah, program itu akan kehilangan makna. Kami butuh tindakan nyata, bukan seremonial,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti transparansi penggunaan anggaran dan efektivitas program-program pemerintah daerah. “Wakil Bupati Murison kerap bicara pentingnya komunikasi terbuka, tapi bagaimana publik bisa percaya jika data anggaran tak bisa diakses secara luas? Kami menuntut akuntabilitas,” kata Randi.
Evaluasi terhadap kinerja 100 hari pertama Monadi dan Murison menjadi penting untuk mengukur efektivitas kebijakan dan langkah pembangunan yang telah diambil. Masyarakat berharap agar komitmen yang sudah ditunjukkan dapat diiringi dengan penyelesaian terhadap persoalan-persoalan krusial, termasuk krisis lingkungan akibat buruknya manajemen sampah.
Kerinci tidak butuh retorika panjang. Yang dibutuhkan adalah langkah konkret dan keterlibatan nyata masyarakat dalam setiap kebijakan yang diambil. Waktu terus berjalan, dan pemerintah tidak boleh menunda lagi untuk menjawab keresahan publik.
( Deza ayu Putri Utami)
