GENCARNEWS.COM, SAROLANGUN — Senin (13/10) yang kelabu menyelimuti Kelurahan Pauh, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun. Air Sungai Belato yang merupakan nadi kehidupan sebagian warga yang selama ini mengalir jernih mendadak berubah hitam pekat. Seolah langit menumpahkan amarahnya, seolah bumi menolak diam. Masyarakat pun geger: dari mana datangnya kegelapan ini?
Dugaan segera mengarah ke satu nama yang telah lama bergaung di telinga warga: PT SLUM, perusahaan yang berdiri di perbatasan Desa Batu Ampar dan Desa Karang Mendapo. Tak sekali ini saja, kata warga, sungai mereka dicemari. Tapi kali ini, kegelapan air Belato terasa lebih dalam bukan sekadar warna, melainkan simbol nestapa.
“Air sungai ini dulu tempat kami mencari ikan. Sekarang coba lihat, jangan kan ikan , hewan lain bisa mati minum air ini” ucap salah seorang tokoh masyarakat kelurahan pauh.
Yang lebih mengiris, masyarakat bertanya-tanya: di mana para wakil mereka? Tiga orang anggota DPRD yang berasal dari Kecamatan Pauh—Budi Handoko (PPP), Muslimin (PKB), dan Azhar Pulungan (Gerindra) yang seharusnya menjadi suara rakyat, justru diam di tengah riuh derita.
Beberapa bulan lalu, Komisi II DPRD Sarolangun sempat melakukan sidak ke PT SLUM. Hasilnya kala itu disambut harapan ada janji perbaikan, ada kata “komitmen” terucap. Namun kini, janji itu serupa daun gugur di musim kering indah sekejap, lalu lenyap bersama angin.
Budi Handoko dan Muslimin bungkam seribu bahasa saat dimintai tanggapan via pesan singkat whatsapp, Hening yang mencurigakan. Hanya Azhar Pulungan yang sempat berucap singkat: “Nanti, di waktu yang tepat ndo, lagi dijalan” Tapi hingga hari ini, “waktu yang tepat” tak kunjung datang, sementara Sungai Belato terus membawa arus hitamnya ke Sungai Tembesi membawa pula kegelisahan masyarakat Pauh yang kian menebal.
Warga kini mulai berbisik lirih, tapi tajam: “Apakah tiga dewan kami sudah tunduk di bawah bayang PT SLUM?”
Pertanyaan itu menggema di tepian sungai yang hitam tempat anak-anak dulu tertawa bermain air, kini hanya tersisa aroma getir dan tanda tanya besar.
Di tanah Pauh yang kini tercemar, suara rakyat masih menunggu keadilan. Dan di bawah langit Jambi yang muram, Sungai Belato menangis hitam, pilu, dan tak tahu harus mengadu kepada siapa.
