GENCARNEWS.COM, SAROLANGUN — Di tengah tekanan ekonomi yang semakin menghimpit, banyak orang tua di Sarolangun harus kembali menahan napas. Bukan karena harga beras atau minyak goreng yang naik, tapi karena lembaran tagihan seragam sekolah yang harus mereka bayar demi pendidikan anak-anaknya. Di SMPN 7 Sarolangun, total biaya seragam yang dibebankan kepada wali murid mencapai Rp1.055.000 per siswa.
Rincian biaya ini disampaikan dalam rapat komite sekolah yang digelar Kamis, 17 Juli 2025, yang dihadiri oleh wali murid dan difasilitasi pihak sekolah. Rapat dipimpin langsung oleh Ketua Komite Sekolah, Joni Alfikri, yang telah menjabat selama lebih dari tiga tahun.
Dalam penyampaiannya, Joni menjelaskan bahwa total biaya tersebut diperuntukkan bagi pengadaan seragam dan aksesoris penunjang sekolah selama masa pendidikan. Namun, beberapa wali murid mempertanyakan transparansi harga, terutama soal apakah biaya tersebut sudah sesuai dengan harga pasar atau justru mengalami penggelembungan.
Berikut rincian peruntukan biaya seragam dan perlengkapan sekolah tersebut:
Baju batik: Rp325.000
Baju muslim: Rp320.000
Baju olahraga: Rp175.000
Topi: Rp55.000
Dasi: Rp15.000
Perangkat kelas: Rp15.000
Logo kelas: Rp15.000
Bordir nama peserta didik: Rp15.000
Ikat pinggang: Rp45.000
Sampul rapor: Rp50.000
Lain-lain (tidak dijelaskan): Rp25.000
Total: Rp1.055.000
Beberapa orang tua mengaku terkejut dengan nominal tersebut, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Mereka berharap sekolah dapat mempertimbangkan kembali beban biaya ini, agar semangat belajar anak-anak tidak dipatahkan oleh tembok tebal bernama ketidakmampuan ekonomi.
"Seragam hanyalah pakaian, bukan ukuran semangat belajar. Jangan sampai pendidikan menjadi barang mewah yang hanya bisa diakses mereka yang mampu," keluh salah satu wali murid.
Isu mengenai biaya seragam sekolah memang kerap menjadi polemik setiap tahun ajaran baru. Banyak pihak mendorong agar sekolah lebih transparan, bijak, dan manusiawi dalam menentukan kebijakan, terutama di daerah yang mayoritas warganya berpenghasilan rendah.